BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

KADAR AIR AGREGAT HALUS


TUJUAN


Menentukan berat jenis pada agregat halus untuk kondisi SSD (Surface Saturated Dry) dan untuk kondisi kering sesuai dengan ASTM C123-73. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton.


Bahan 

1. Pasir sebanyak 1000 gram


2. Air


Peralatan

1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram

2. Kontainer


3.Tabung Picnometer


4. Cetakan Pemadat dari Logam


5. Oven dengan  pengatur suhu

6. Sekop


7. Cetakan Krucut


Prosedur Percobaan

1. Mengeringkan agregat halus yang  jenuh sampai memperoleh kondisi kering degan indikasi tercurah dengan baik.

2. Memasukan sebagian dari contoh  kedalam cetakan kerucut pasir lalu memadatkan benda uji dengan tongkat pemadat. Melakukan pemadatan pada 3 lapisan, pemadatan lapisan dengan 25 kali tumbukan dengan ketinggian jatuh tongkat pemadat  ± 1 cm. Kemudian, saat mengangkat cetakan akan memperoleh kondisi SSD, maka butiran pasir longsor  ± 1/3 dari tinggi kerucut.


3. Mengambil contoh SSD sebanyak 500 gram (B), kemudian masukan kedalam tabung picnometer dan menambahkan air sampai batas 500cc.


4. Mengeluarkan udara sedikit demi sedikit dengan cara memutar picnometer.



5. Merendam picnometer dalam bak air pada suhu 20⁰C  selama 1 jam



6. Menimbang picnometer + air + benda uji (C)


7. Mengeluarkan benda uji dari picnometer lalu masukan ke kontainer


8. Mengoven kembali benda uji selama 24 jam.


9. Menimbang kembali benda uji setelah dioven



10. Menimbang berat picnometer dan air (D).


























































KADAR AIR AGREGAT KASAR

 KADAR AIR AGREGAT KASAR


TUJUAN


     Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan sesuai dengan standar ASTM.

Bahan 

1. Kerikil sebanyak 2000 gram



Peralatan

1.  Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram


2. Kontainer



3. Oven dengan  pengatur suhu


4.Sekop


Prosedur Percobaan

1. Menimbang contoh kerikil seberat 2000 gram dengan memasukkannya kedalam kontainer (Ws)



2. Memasukan benda uji kedalam oven dengan temperatur 105-110℃


3. Mengeluarkan benda uji dari oven lalu di dinginkan


4. Setelah didinginkan, benda uji lalu ditimbang kembali (Wd)
 




























KADAR AIR AGREGAT HALUS

KADAR AIR AGREGAT HALUS


TUJUAN


Menentukan kadar air agregat dengan cara pengeringan sesuai dengan standar ASTM.



Bahan 


1. Pasir (fine aggregate) sebanyak 1000 gram


Peralatan 


1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram



2. Oven dengan pengatur suhu


3. Kontainer


4. Sekop



Prosedur Percobaan

1. Menimbang contoh pasir seberat 1000 gram dengan memasukkannya kedalam kontainer (Ws)



2. Memasukan benda uji kedalam oven dengan temperatur 105-110℃




3. Mengeluarkan benda uji dari oven lalu di dinginkan



4. Setelah didinginkan, benda uji lalu ditimbang kembali (Wd)








































KEKUATAN LANDASAN PACU

STRUKTUR PERKERASAN LANDASAN PACU

Perkerasan didefenisikan sebagai struktur yang terdiri dari satu atau lebih lapisan perkerasan yang dibuat dari bahan terpilih. Perkerasan dapat berupa agregat bermutu tinggi yang diikat dengan aspal yang disebut perkerasan lentur, atau dapat juga plat beton yang disebut perkerasan kaku.

Bila ditinjau dari bagaimana mendistribusikan tekanan terhadap subgrade (tanah pondasi), perkerasan dibagi menjadi tiga di mana batas antara flexible dan rigid pavement dapat atau tidak menggunakan butiran butiran prantara:

Flexible Pavement (perkerasan fleksibel)
Flexible Pavement adalah struktur perkerasan yang mendistribusikan beban yang diterimanya kelapisan subgrade secara fleksibel, tergantung pada keterikatan (interlock) antar butiran (aggregate), gesekan antar partikel, dan daya kohesi dalam menjaga kestabilan kosntruksi. Perkerasan adalah contoh dari fleksibel pavement.

Rigid Pavement (perkerasan kaku)

Rigid pavement adalah struktur perkerasan yang mendistribusikan beban yang diterimanya ke lapisan subgrade secara rigid (kaku) atau tidak fleksibel.

Composite pavement (perkerasan komposit)

Composite pavement adalah gabungan antara flexible dan rigid pavement

AIRCRAFT CLASSIFICATION NUMBER (ACN) 

ACN(Aircraft Classification Number) adalah suatu angka yang menunjukkan dampak relative suatu pesawat udara terhadap suatu perkerasan pada kekuatan subgrade tertentu.

Bila kekuatan subgrade semakin lemah, ACN semakin besar. Selain itu, berat pesawat udara juga menentukan nilai ACN. Semakin besar muatannya, semakin besar pula CAN suatu pesawat udara. Data CAN dapat diperoleh dari pabrik pembuat pesawat udara. 

PAVEMENT CLASSIFICATION NUMBER (PCN) 

Ada beberapa system untuk menilai kekuatan dari permukaan landasan, taxiway atau apron. Yang dipakai secara umum adalah rekomendasi ICAO (International Civil Aviation Organization), dengan sebutan Pavement Classification Number (PCN)

PCN (Pavement Classification Number) adalah suatu angka yang menunjukkan bearing strength(ukuran kekuatan suatu perkerasan untuk menahan beban diatasnya) dari suatu landasan pacu sehingga diketahui model pesawat udara apa saja yang dapat menggunakan landasan pacu tersebut tanpa keterbatasan.

Apabila suatu landasan pacu telah ditetapkan memiliki nilai PCN tertentu, maka semua jenis pesawat udara yang dengan ACN (Aircrafted Classification Number) yang lebih rendah dari pada PCN tersebut akan bebas menggunakan landasan pacu.  

CONTOH 

Apakah jenis pesawat udara B747-400 boleh menggunakan suatu landasan pacu yang perkerasannya adalah flexible pavement dan kategori kekuatan subgradenya adalah medium strength serta memiliki PCN 60? 

Dari data ACN pesawat udara B747-400 pada jenis perkerasan dan kategori subgrade yang diketahui, pesawat udara ini tidak diizinkan beroperasi di landasan pacu tersebut bila muatannya penuh, karena ACN-nya adalah 64 dan lebar dari PCN landasan pacu. Dengan demikian, bila landasan pacu dirancang untuk dapat melayani pesawat udara dengan beban penuh, PCN landasan pacu harus lebih besar dari 64.  
  
KONVERSI ACN MENJADI KETEBALAN LANDASAN PACU   
 
Rigid Pavement 
  
  Pengonversian ACN menjadi ketebalan landasan pacu dengan rigid pavement dilakukan dengan menggunakan ACN-Rigid Pavement Conversion Chart yang diterbitkan oleh pabrik pembuat pesawat udara. Ketebalan rigid pavement adalah sama dengan ketebalan lapisan beton. Untuk lebih jelas pada table dibawah ini:



Contoh dibawah ini untuk landasan pacu yang dirancang untuk digunakan oleh
pesawat udara ACN 80, maka :
 


  • Bila subgrade berkategori “high”, ketebalan landasan pacu adalah ± 36 cm
  • Bila subgrade berkategori “medium”, ketebalan landasan pacu adalah
  • Bila subgrade berkategori “medium”, ketebalan landasan pacu adalah ± 38 cm
  • Bila subgrade berkategori “low”, ketebalan landasan pacu adalah ± 42 cm
  • Bila subgrade berkategori “Ultra-low”, ketebalan landasan pacu adalah ± 44,5 cm
Flexible Pavement 

Pengoversian dari ACN menjadi ketebalan landasan pacu flexible pavement dilakukan dengan menggunakan ACN-Flexible Pavement Conversion Chart yang diterbitkan oleh pabrik pembuat pesawat udara. Dapat dilihat pada table dibawah ini:
 

  • A = kekuatan subgrade kategori high (CBR =15)
  • B = kekuatan subgrade kategori medium (CBR =10)
  • C = kekuatan subgrade kategori low (CBR=6)
  • D = kekuatan subgrade kategori ultra-low (CBR=3)

DSWL (Derived Single Wheel Load) = beban yang terdistribusi pada sebuah roda, dengan besaran ton atau 1000 kg. (Nilai DSWL = setengah CAN, yang dihitung pada tekanan angin pada ban pesawat udara adalah 1,25 Mpa. Bila ACN = 40, berarti DSWL = 20 ton)

KODE DAN KEKUATAN LANDASAN PACU  

Kekuatan Landasan Pacu harus dipublikasikan ke semua pihak yang berkepentungan dengan operasional landasan pacu tersebut, terutama kepada para pilot penggunanya. Untuk landasan pacu yang mampu mendukung beban lebih dari 5700 kg, informasi tentang kekuatan dan jenis perkerasan suatu landasan pacu ditulis dalam bentuk kode khusus yang disebut dengan metode PCN (Pavement Classification Number). Kode yang dibuat sesuai dengan metode PCN berupa sederetan karakter yang terdiri dari suatu angka (bilangan) dan 4 (empat) buah huruf yang masing-masing mempunyai arti tersendiri. 
Informasi tentang kekuatan landasan pacu setiap bandar udara dapat diperoleh dari dokumen Aeronautical Information Publication (AIP), yang diterbitkan oleh pemerintah setiap negara (di Indonesia oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara).  

KODE PCN 


1.   1    Kode pertama adalah angka nilai yang ditetapkan  untuk kekuatan pavement.

2.   2   Kode kedua adalah tipe pavement

         RRigid: Padat/keras

         FFlexible: Fleksibel

3.  3   Kode  ketiga adalah kekuatan lapisan di bavwah pavement (subgrade)

§  A-High

§  B-Medium

§  C—Low

§  d-ultra-law

4.    4   Kode keempat adalah maksimum  tekanan  ban pesawat yang bisa diterima oleh pavement

·         W- High, no pressure limit

·         X-Medium, limited to 1.50MPa  (218psi)

·         Y-Low, mited to 1.0MPa (145ps/)

·         7Very low,  limited to 0.50MPa (73psi)

 

5.     Kode kelima adalah  cara  penghitungan (usage) nilai  PCN apakah dengan  cara teknikal  (perhitungan teknis) ataupun  dengan pemakaian  dengan  pesawat

·         T --Technical evaluation

·         U--Using aircraft experience


SLOPE LANDASAN PACU 

Idealnya, permukaan landasan pacu, terutama pada arah memanjang, dirancang untuk tidak memiliki slope (kemiringan). Akan tetapi, pada praktiknya, sangatlah sulit membuat suatu landasan pacu yang tidak memiliki slope sama sekali.

Slope landasan pacu dapat terjadi pada arah memanjang yang disebut dengan longitudinal slope, dan pada arah transverse slope.
 
PERSYARATAN LONGITUDINAL SLOPE 

Suatu landasan pacu memenuhi persyaratan untuk dioperasikan, longitudinal slope landasan pacu tersebut harus memenuhi persyaratan sebagaimana yang dimuat pada gambar dan tabel dibawah ini:



Longitudinal slope total, yakni perbedaan elevasi terbesar dari semua titik di sepanjang landasan pacu
dibagi dengan Panjang landasan pacu, dinyatakan dalam persen (%) maka :
 
Longitudinal slope total = (t : Panjang AE)x 100%
 
Longitudinal slope per bagian , yakni perbedaan elevasi dari satu bagian slope dibagi Panjang bagian
slope dibagi Panjang bagian slope tersebut.
 
Longitudinal slopa AB
Longitudinal slope BC
Longitudinal slope CD
Longitudinal slope DE
= (beda elevasi A dengan B) : Panjang Ab x 100%
= (beda elevasi B dengan C) : Panjang BC x 100%
= (beda elevasi C dengan D) : Panjang CD x 100%
= (beda elevasi D dengan E) : Panjang DE x 100%
Perubahan longitudinal slope antar bagian, yakni perubahan slope antara bagian yang berdekatan, yaitu AB, dan BC, antara BC dan CD , dan antara DC dan DE

Lengkungan bidang penutup slope antar bagian yakni peralihan perubahan slope. Pada setiap titik peralihan slope (yaitu B, C, dan D) permukaan landasan harus ditutup dengan lapisan yang berupa bidang melengkung (berbentuk busur) dengan jari-jari sesuai dengan jari-jari sesuai dengan persyaratan atas.

PERSYARATAN JARAK ANTAR PERUBAHAN SLOPE
Dalam keadaan demikian, jarak antara perubahan slope, yaitu D, harus memenuhi Panjang tertentu, yang
dihitung dengan rumus :
D = factor x {I
𝑥% - 𝑦% I+ I𝑦% - 𝑧%I}
Dengan
Faktor jarak = 30000 m, bila ARC = 4
Faktor jarak = 15000 m, bila ARC = 3
Faktor jarak = 5000 m, bila ARC = 1 atau 2
 



Persyaratan Sight Distance

Jika suatu landasan memiliki berbagai slope, persyaratan yang juga harus dipenuhi ialah bahwa pada ketinggian tertentu di atas permukaan landasan pacu di lokasi mana pun, semua titik yang berjarak kurang dari setengah Panjang landasan pacu harus terlihat secara langsung menurut line of sight(garis lurus).
Ketentuan tentang ketinggian tergantung pada kategori landasan pacu dapat dilihat dari Aerodrome Reference Code, khususnya kode hurufnya :  




PERSYARATAN TRANSVERSE SLOPE 

Transverse Slope (kemiringan lintang) adalah slope landasan pacu pada bagian lebarnya. Berbeda dengan longitudinal slope yang sedapat mungkin dihindari, transverse slope justru disarankan untuk sengaja dibuat (dengan persyaratan atau Batasan tertentu). Tujuan utama pembuatan transverse slope adalah agar genangan air dipermukaan landasan pacu (bila terjadi) dapat terbuang dengan cepat. Idealnya, ukuran transverse slope adalah :

1,5% untuk semua landasan pacu dengan kode huruf ARC: C,D,E atau F
2% untuk semua landasan pacu dengan kode huruf ARC: A

Angka di atas tidak boleh dilampaui, bahkan pada titik persilangan dengan taxiway atau landasan pacu lain, transverse slope tidak boleh lebih dari 1%.

Transverse slope disepanjang landasan pacu harus dibuat sama, kecuali pada bidang perpotongan dengan landasan pacu lain atau dengan taxiway. Pada bidang pertemuan ini, transverse slope harus diperhitungkan dengan baik sehingga genangan air yang mungkin terjadi pada permukaan bidang mana pun daoat terbuat dengan cepat.